Sabtu, 28 Mei 2016

Peri atau Fairy

Peri atau Fairy



Fairy atau yang sering disebut juga sebagai Peri merupakan sebuah sebutan yang sering digunakan untuk menggambarkan makhluk yang memiliki kekuatan gaib yang terkadang sering turut campur dalam urusan-urusan manusia, pada sebuah cerita rakyat, dongeng, fiksi dan lainnya. Di Indonesia sendiri, istilah peri sering digunakan dalam penerjemahan tokoh yang menggambarkan seorang elf atau fairy dalam sebuah cerita fiksi maupun dongeng-dongeng dari Eropa. 

Di Inggris awalnya nama Peri berasal dari kata elvish sejak sebelum tahun 1000 M. Yang berarti bangsa Peri, yang dalam cerita-cerita rakyat makhluk gaib ini dikatakan sebagai golongan ras yang sakti. Namun dalam Istilah Perancis “fai” berasal dari Bahasa latin “fatae” yang berarti wanita-wanita peri yang mengunjungi sebuah rumah tangga pada saat ada peristiwa kelahiran dan meramalkan masa depan dari si bayi, seperti yang dilakukan oleh tiga takdir ( Three fates  ). 

Kata “Fairy atau Peri” sekarang ini telah banyak di salah gunakan sepanjang sejarah penggunaan bahasa Inggris oleh bangsa manusia. Beberapa kepercayaan kuno sendiri mengatakan bahwa kata Peri sendiri digunakan untuk menggambarkan para wanita-wanita yang memiliki kemampuan sihir pada masa lampau. Sedangkan bagi orang-orang keturunan Irlandia mengatakan bahwa para Peri sendiri merupakan asal mula dari keturunan mereka, yaitu Tuatha de Danaan. Mereka lebih dikenal sebagai “Daoine Sidhe” atau “Sidhe” di Irlandia,  Sith” di Higlands, “Pisgies” di Cornwall, dan “Elves” di Skotlandia atau Inggris. Menurut beberapa orang peneliti, istilah bahasa Inggris yang paling tepat menurut orang-orang ini dengan memperhatikan masalah kesukuan adalah Elf. Meskipun istilah Elf sering menjadi kontroversi  bagi pengarang Poortvliet dan Huygen. Makna dari Elf atau Elves sendiri adalah roh atau arwah udara dari alam yang menyukai tarian-tarian gembira dan memainkan peralatan-peralatan musik senar.

Perwujudan atau penggambaran dari para Peri sendiri sering dikisahkan memiliki bentuk yang mirip dengan manusia namun juga seringkali digambarkan memiliki perwujudan dari roh atau jin yang sedang menjelma sebagai perempuan cantik yang senang mengganggu.
Dan terkadang para Peri digambarkan memiliki telinga panjang yang lancip dan memiliki rambut yang panjang. Ukuran para Peri sendiri diceritakan berkisar antara ukuran seekor serangga sampai ukuran yang lebih besar dari manusia. Itu dikarenakan bentuk mereka yang tidak stabil dan mudah berubah menjadi berbagai bentuk dan alam, serta tidak bisa dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Banyak peneliti menyatakan bahwa deskripsi atas orang kerdil dengan sayap serangga ini merupakan evolusi sederhana dari pengetahuan dan adat yang pada awalnya cerita-cerita tersebut tidak melukiskan mereka sebagai orang kecil atau kerdil melainkan sebenarnya memiliki ukuran yang sama seperti manusia pada umumnya.

Penggambaran tempat tinggal para Peri seringkali dihubungkan dengan makhluk mitologi lainnya seperti siluman, 
yang seringkali berasal dari daerah-daerah di sekitar sebuah pegunungan. Mereka digambarkan dapat hidup di bawah tanah serta di dalam atau di atas air. Namun dalam perkembangannya di beberapa cerita, para Peri digambarkan sebagai makhluk kecil yang dapat tidur diatas setangkai bunga, tinggal di dalam rumah bersama dengan manusia ( Peri rumah ), maupun tinggal di sebuah hutan dan juga menjaga pohon-pohon ( Peri hutan ).

Banyak yang percaya lukisan para Peri yang artistik dengan sayap, merupakan penggabungan dari malaikat yang dilakukan oleh orang-orang kristen. Ada pula yang memberi sebagai sebuah variasi dari orang orang kerdil dengan sayap
serangga, berukuran tubuh manusia, bayangan hantu, setengah binatang dan setengah manusia, dan memiliki sifat seperti dewa. Sehingga banyak orang nasrani yang meyakini bahwa sebenarnya mereka adalah malaikat yang memberontak disurga dan kemudian dilempar keluar namun karena mereka tidak terlalu jahat untuk dimasukkan ke neraka, mereka akhirnya dikirim untuk hidup selamanya di bumi. Sehingga itulah sebabnya mengapa mereka bisa bertindak sangat baik seperti malaikat ataupun juga sangat jahat seperti iblis. Dalam banyak legenda, para Peri diceritakan sering menculik bayi serta pria dan juga wanita muda, sementara keadaan orang diculik para Peri tersebut berbeda-beda. Menurut beberapa kisah menceritakan bahwa tawanan para Peri akan hidup dengan bahagia dan suka cita, sementara beberapa kisah yang lainnya menceritakan bahwa para tawanan Peri tersebut tidak bahagia dan selalu merindukan kerabat lama mereka. Dalam Balada dari abad ke-19 ( Lady Isabel and The Elf Knight  )
diceritakan bahwa pada waktu itu Isabel dibawa pergi oleh ksatria Peri, dan untuk menyelamatkan dirinya Isabel akhirnya membunuh sang ksatria Peri. Sementara itu di dalam balada ( Tam Lin  ) menceritakan tentang Tam Lin yang hidup di antara para Peri padahal dia adalah seorang kesatria bumi. Dalam puisi Sir Orfeo, diceritakan bahwa istri Sir Orfeo telah diculik oleh sang raja Peri, sementara pada puisi Thomas The Rhymer bercerita tentang Thomas yang harus menghabiskan tujuh tahun di dunia peri sebelum berhasil kembali ke dunia manusia. Sedangkan dalam cerita Oisin  tokoh utamanya diculik dan akhirnya berada di dalam dunia Peri, namun ketika dia berniat untuk kembali ternyata di dunia manusia waktu telah berjalan selama tiga abad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Handwriting - Smiley Star